Ini kisah tentang sahabatku. Sahabat yang sangat aku cintai. Sudah sejak lama kita kenal dan sejak itu pula kita sering kali saling berbagi. Aku adalah tempat curhat utamanya, dia akan bercerita tentang semua hal. Bahkan untuk hal kecil sekalipun dia pasti akan mencariku. kita sama-sama masih muda, masih 21 tahun dengan semua emosi dari jiwa muda kami.
Ok, aku akan bercerita tentang Jane.
Namanya Jane, seperti yang sudah aku katakan tadi dia baru 21 tahun. Jane termasuk wanita yang susah jatuh cinta. Ini karena dia sering kali disakiti oleh pria. Dari ayah yang mungkin dia cintai hingga ke pria-pria yang sangat dia cintai. Sorry, kalau di bilang pria-pria kesannya ada banyak pria tapi yang ada hanya 2 pria dalam hatinya. Walau Jane susah jatuh cinta namun sekali dia jatuh maka itu artinya benar-benar jatuh. Jane pastinya akan sangat dan sangat mencintai pria tersebut.
Pria pertama yang sangat dia cintai adalah pria di masa-masa sekolahnya. Walau sebenarnya itu bukan pacar pertamanya namun itu adalah cinta pertamanya. Sebelum bertemu dengan cinta pertamanya, Jane pernah pacaran. Bahkan sering. Tapi itu semua atas desakan temannya yang lain, bukan aku karena aku tak pernah memaksanya. Aku hanya sebagai pendengar yang baik. Pacar-pacar sebelum cinta pertamanya tak pernah bisa membuatnya benar-benar merasakan cinta yang sesungguhnya, paling tidak itu menurut dia karena yang aku tahu ada beberapa dari mereka yang benar-benar mencintainya dengan tulus. Sayangnya Jane tak pernah sadar akan hal itu, mungkin karena dia masih terlalu polos dan tak bisa membaca gerak-gerik orang lain. Namun ada satu orang pacarnya yang membuat Jane sangat kecewa dan sempat membuatnya tidak percaya lagi akan cinta. Untungnya kehadiran cinta pertama ini benar-benar membuat Jane jatuh cinta walaupun harus kandas ditengah jalan karena rasa egois mereka berdua. Dia selalu menyesali akan keegoisannya pada saat itu bahkan mungkin sampai sekarang setelah hampir 5 tahun berlalu. Butuh waktu 3 tahun lebih bagi Jane untuk bisa benar-benar melupakan cinta pertamanya itu. Iya, 3 tahun lebih. Dan itu pun tidak melupakan secara total, menurutku. Aku tahu dengan pasti, Jane tidak mungkin bisa melupakannya namun dia bilang dia sudah melupakan rasa cinta itu. Aku sudah berulang kali menyarankan agar dia tidak menutup kesempatan untuk jatuh cinta lagi, dan dia hanya menjawab “Ya” sambil tertawa tapi iya itu hanya iya biasa tanpa benar-benar iya. Aku sudah berulang kali mengenalkannya dengan beberapa pria yang menurut ku cukup baik dan mudah-mudahan tidak akan mengecewakannya. Namun semuanya kandas ditengah jalan. Jane selalu meberikan banyak alasan. Mulai dari tidak cocok lah atau lagi gak mood coba lah, ini lah, itu lah. Pusing….. Aku hanya ingin mencoba memuatnya bahagia, tapi apa pun yang aku lakukan kalau memang dari dasar hatinya dia tidak mau mencoba pasti semuanya sia-sia. Jadi aku tidak mencoba lagi.
Hingga suatu hari dia datang pada ku dengan ekspresi wajah yang sudah lama tak pernah kulihat. Oh my God, jangan bilang Jane sedang jatuh cinta. Entah mengapa aku bukannya senang, tapi aku malah takut. Bukannya dari dulu aku memang berharap dia jatuh cinta lagi? Tapi kenapa aku sekarang malah takut? Mungkin karena aku tidak mau Jane merasa sakit dan kecewa lagi. Dan ketakutanku bertambah besar waktu tahu siapa orang yang dia cintai. Kali ini Jane benar-benar sudah gila. Jatuh cintanya kali ini benar-benar diluar dugaanku. Bahkan dia sudah melanggar prinsip yang dia pernah katakan padaku dengan seriusnya. Jane dulu pernah bilang kalau dia tidak akan pernah mau merebut milik orang lain karena dia tahu benar bagaimana sakitnya ketika orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita untuk bersama orang lain. Kita berdua memegang teguh prinsip ini karena kita sama-sama tahu sakitnya. Mungkin aku belum menceritakan kenapa dia sangat membeci ayahnya, itu karena ayahnya pergi meninggalkan Jane dan ibunya (tante Lisa) karena wanita lain. Dan ayahku juga melakukan hal yang sama. Karena itulah kami benci pencuri. Hal ini salah satu dari banyaknya kesamaan kami berdua. Namun kini dia sedang berada di posisi calon pencuri. Tidak, aku tidak mau itu sampai terjadi. Jane hanya tertawa waktu aku katakan itu. Dia bilang itu hanya perasaan dipihak dia saja, katanya dia hanya bertepuk sebelah tangan jadi gak akan terjadi apa-apa karena dengan cepat dia akan melupakan cinta gilanya. Aku tahu, di balik tawanya Jane pasti sedang bersedih. Aku tahu, dia tidak akan mudah melupakan cintanya. Aku sangat yakin itu. Namun aku tak mau berdebat lagi dengan Jane. Aku hanya coba rangkul dia dan berbisik kalau aku akan selalu ada untuk dia, apapun yang terjadi. Aku sangat senang waktu mendengar Jane tertawa dan mengucapakn terima kasih sambil memelukku erat.
Sejak saat itu aku sering mendengar Jane tertawa gembira. Ya, bisa ditebak dengan mudah bahwa inilah pria kedua yang benar-benar dia cintai. Jane sering bercerita tentang orang itu dan semua kejadian yang mereka alami. Dan aku tidak pernah bosan-bosannya mengingatkan Jane untuk segera mundur karena semakin sering bertemu orang itu maka akan semakin dalam rasa itu. Dan kali ini pun Jane masih tertawa, sambil memelukku dia berusaha menenangkan ku dengan berkata kalau dia akan baik-baik saja. Tapi aku harus melakukan sesuatu, aku harus mencarikan lagi orang lain untuk nya agar dia melupakan pria itu. Namun dari sekian pria yang aku kenalkan kepadanya, Jane tidak pernah bisa dan mau untuk mulai mencoba lagi. Akupun menyerah, sekarang aku hanya berharap semoga dia cepat-cepat bisa melupakan orang itu.
Akhir bulan yang lalu, Jane datang kepada ku dengan ekspresi yang sangat bahagia. Dia hanya bilang kalau dia sedang bahagia karena semuanya tidak sia-sia katanya. Aku bertanya apanya yang tidak sia-sia? Namun Jane tidak mau cerita. Mungkin dia takut mengecewakan ku. Dan waktu aku bilang kalau aku akan tetap menjadi temannya walaupun berungkali dikecewakan, barulah Jane cerita apa yang sebenarnya terjadi. Dan memang benar kalau Jane sudah mengecewakan ku. Karena dia tidak mendengarkan apa yang aku katakan, Jane tidak benar-benar bisa melupakan orang itu bahkan dia merasa cintanya berbalas. Aku sudah bilang itu tidak mungkin. Dia harus cepat-cepat menghentikannya. Rasanya aku ingin marah kepadanya karena dia sudah mengecewakan ku. Tapi aku tahu Jane akan sedih banget dan kesedihan Jane adalah hal terakhir yang ingin aku lihat di dunia ini. Aku gak mau Jane-ku sedih. Aku ingin dia bahagia. Maka aku mengesampingkan kecewa ku dan ikut bahagia bersama dia. Aku hanya tidak ingin kebahagiaannya ini cepat berlalu tapi aku tahu dan Jane pun tahu kalau ini juga tidak akan kekal.
Sejak saat itu Jane banyak berubah, dia sering keluar malam dan telihat lebih capek dari biasanya. Tapi dia selalu tersenyum kalau aku tanyakan kepadanya kenapa dia bisa terlihat begitu lelah, seperti orang kurang tidur. Dia juga jadi semakin menyukai kembang api. Dia akan berhenti sejenak jika di jalan ada kembang api. Dia bilang “Lihat, kembang apinya indah sekali. Pasti mereka sedang merasa bahagia sekarang”. Aku tidak bertanya lagi apa maksud perkataannya dan kenapa dia mengatakan hal itu kepada ku, karena dia pasti hanya akan tersenyum saja, tanpa ada penjelasan. Aku benar-benar kawatir padanya. Tapi aku gak tahu bagaimana caranya agar dia mau cerita apa yang terjadi. Aku hanya bisa menunggu sampai dia mau cerita.
Sudah beberapa hari ini Jane tidak memberi ku kabar, Aku mencoba untuk menghubunginya tapi dia tidak pernah menjawab. Kali ini rasa kawatirku tak terbendung lagi, akhirnya aku mencarinya. Dan yang aku dapati sangat membuatku sedih. Aku melihatnya dalam keadaan yang sangat mengiris hatiku. Jane-ku sedang tebaring dengan mata yang memerah dan membengkak. Dengan suaranya yang serak dia menjawab pertanyaan ku tentang sudah berapa lama dia begini. Dia bilang 4 hari. Aku semakin sedih karena tidak mencarinya lebih cepat. Mana mungkin aku tega membiarkan Jane-ku terkapar begini selama 4 hari. Hanya menangis dan menangis. Bahkan sudah 4 hari ini dia tidak makan malam. Aku benar-benar sedih mendengarnya. Jane yang ku kenal adalah Jane yang tidak perduli soal berat badan karena hobby utamanya adalah makan. Kita bisa mencoba menu makanan yang bahkan menurut orang lain itu bukan makanan orang normal. Itu lah yang aku suka dari Jane, mungkin karena kesamaan ini dan kesaman yang lain yang mebuat kita bisa jadi teman cukup lama. Dan kali ini sudah 4 hari dia tidak makan malam, berarti masalah yang sedang dia hadapi bukan masalah biasa. Aku sadar, kali ini dia jatuh lagi dan jauh lebih jatuh jika dibandingkan dengan Mr. Jamur (julukan kami untuk cinta pertamanya). Bukan jamur biasa, namun Jamur yang memabukkan Jane dan membuatnya sangat membutuhkan Jamur itu dalam hidupnya.
Malam itu akhirnya Jane cerita pada ku semuanya, kalau ternyata dia lebih mengikuti kata hati bukan logika walau dia tahu kalau semua nya akan berakhir dan dengan menyakitkan. Jane ingin merasakan indahnya cinta walau hanya sesaat. Awalnya dia tidak berharap banyak tapi semakin dalam, semakin dia berharap terlalu banyak walaupun dia tahu bahwa itu tidak mungkin dia dapatkan dan hal itu yang membuat Jane hancur. Dia semakin mencintai orang itu dan membuatnya semakin takut untuk merasakan sakitnya kehilangan. Ketakutannya membuat Jane mulai berfikir banyak hal. Jane mulai meragukan semuanya, dia bilang jangan-jangan selama ini adalah hanyalah bohong belaka dan dia hanya dipermainkan. Jangan-jangan orang itu tidak benar-benar mencintai Jane, hanya sekedar mengisi saat-saat kosongnya saja dan ketika dia tidak membutuhkan Jane lagi maka dia akan meningalkannya. Jika memikirkan hal itu, dia semakin menangis dan mengeratkan pelukannya pada ku. Jane benar-benar sudah hancur sekarang. Aku sangat tahu itu. Dia menangis sangat dalam. Tubuhnya bergetar menahan isak. Jane yang aku kenal periang, selalu tertawa, canda guraunya selalu bisa menghidupkan hari-hariku, kini dia hancur lebur hingga aku tak mengenalinya lagi. Aku berusaha menenangkannya tapi aku tak mampu. Aku hanya bisa ikut menangis bersamanya.
Jane memutuskan untuk menghentikan semuanya. Dia akan berusaha hidup tanpa orang itu walaupun itu sangat berat baginya, namu Jane sudah bertekat. Entah sudah yang keberapa kalinya Jane mengatakan hal itu kepadaku, dan sudah entah yang keberapa kalinya juga dia gagal. Dulu Jane sudah pernah mencoba melupakan orang itu dan tidak berbuhungan lagi dengan dia, namun gak berapa lama Jane bilang kalau dia gagal. Aku berharap kali ini Jane bisa melupakan orang itu dan hidup tanpa dia. Dia pasti bisa melupakan orang itu, orang kedua yang benar-benar Jane cintai. Jane berjanji pada ku akan menghindar dari orang itu. Entah mengapa kali ini aku yakin dengan Jane, aku yakin dia akan berhasil lepas dari Jamur yang satu ini. Walaupun akan butuh waktu yang lama untuk benar-benar lepas, tapi aku yakin dengan Jane-ku. Aku meyakinkan Jane kalau masih ada aku, dia tidak benar-benar sendiri. Ada aku yang akan selalu menemaninya, ada aku yang akan berusaha membuatnya tertawa, ada aku tempat dia berbagi. Jane, lihat... masih ada aku disini. Aku berharap senyumannya kembali lagi.
Hari ini Jane-ku belum juga bangun. Jane memilih untuk tidur panjang, aku tak tahu kapan dia akan bangun. Dia tidak kuat untuk semua ini. Dia bilang kehancurannya tidak dapat diperbaiki lagi. Hanya ini jalan satu-satunya untuk bisa lepas dari semua ini. Tanpa memikirkan aku, Jane memilih melupakan semuanya. Juga melupakan aku. Kenyataan ini semakin membuatku gila. Aku berusaha membangunkannya dengan segala cara, namun Jane tetap memilih untuk tidur. Wajahnya saat tidur sungguh nyaman, seperti tanpa beban. Mungkin dia benar-benar bisa melupakan semuanya di alam tidurnya.
“Teman terbaikku, Jane. Apapun yang terjadi ingatlah kalau aku akan selalu ada disini untuk mencintaimu dan selalu mendoakan kebahagiaanmu disana. Aku akan selalu menunggu mu bangun dari tidur panjang mu. Menunggu mu di sini, tepat di samping mu. Jane, bangun yang cepat. Aku sangat merindukan mu. Jane..... Jane.... Jane....”
Ok, aku akan bercerita tentang Jane.
Namanya Jane, seperti yang sudah aku katakan tadi dia baru 21 tahun. Jane termasuk wanita yang susah jatuh cinta. Ini karena dia sering kali disakiti oleh pria. Dari ayah yang mungkin dia cintai hingga ke pria-pria yang sangat dia cintai. Sorry, kalau di bilang pria-pria kesannya ada banyak pria tapi yang ada hanya 2 pria dalam hatinya. Walau Jane susah jatuh cinta namun sekali dia jatuh maka itu artinya benar-benar jatuh. Jane pastinya akan sangat dan sangat mencintai pria tersebut.
Pria pertama yang sangat dia cintai adalah pria di masa-masa sekolahnya. Walau sebenarnya itu bukan pacar pertamanya namun itu adalah cinta pertamanya. Sebelum bertemu dengan cinta pertamanya, Jane pernah pacaran. Bahkan sering. Tapi itu semua atas desakan temannya yang lain, bukan aku karena aku tak pernah memaksanya. Aku hanya sebagai pendengar yang baik. Pacar-pacar sebelum cinta pertamanya tak pernah bisa membuatnya benar-benar merasakan cinta yang sesungguhnya, paling tidak itu menurut dia karena yang aku tahu ada beberapa dari mereka yang benar-benar mencintainya dengan tulus. Sayangnya Jane tak pernah sadar akan hal itu, mungkin karena dia masih terlalu polos dan tak bisa membaca gerak-gerik orang lain. Namun ada satu orang pacarnya yang membuat Jane sangat kecewa dan sempat membuatnya tidak percaya lagi akan cinta. Untungnya kehadiran cinta pertama ini benar-benar membuat Jane jatuh cinta walaupun harus kandas ditengah jalan karena rasa egois mereka berdua. Dia selalu menyesali akan keegoisannya pada saat itu bahkan mungkin sampai sekarang setelah hampir 5 tahun berlalu. Butuh waktu 3 tahun lebih bagi Jane untuk bisa benar-benar melupakan cinta pertamanya itu. Iya, 3 tahun lebih. Dan itu pun tidak melupakan secara total, menurutku. Aku tahu dengan pasti, Jane tidak mungkin bisa melupakannya namun dia bilang dia sudah melupakan rasa cinta itu. Aku sudah berulang kali menyarankan agar dia tidak menutup kesempatan untuk jatuh cinta lagi, dan dia hanya menjawab “Ya” sambil tertawa tapi iya itu hanya iya biasa tanpa benar-benar iya. Aku sudah berulang kali mengenalkannya dengan beberapa pria yang menurut ku cukup baik dan mudah-mudahan tidak akan mengecewakannya. Namun semuanya kandas ditengah jalan. Jane selalu meberikan banyak alasan. Mulai dari tidak cocok lah atau lagi gak mood coba lah, ini lah, itu lah. Pusing….. Aku hanya ingin mencoba memuatnya bahagia, tapi apa pun yang aku lakukan kalau memang dari dasar hatinya dia tidak mau mencoba pasti semuanya sia-sia. Jadi aku tidak mencoba lagi.
Hingga suatu hari dia datang pada ku dengan ekspresi wajah yang sudah lama tak pernah kulihat. Oh my God, jangan bilang Jane sedang jatuh cinta. Entah mengapa aku bukannya senang, tapi aku malah takut. Bukannya dari dulu aku memang berharap dia jatuh cinta lagi? Tapi kenapa aku sekarang malah takut? Mungkin karena aku tidak mau Jane merasa sakit dan kecewa lagi. Dan ketakutanku bertambah besar waktu tahu siapa orang yang dia cintai. Kali ini Jane benar-benar sudah gila. Jatuh cintanya kali ini benar-benar diluar dugaanku. Bahkan dia sudah melanggar prinsip yang dia pernah katakan padaku dengan seriusnya. Jane dulu pernah bilang kalau dia tidak akan pernah mau merebut milik orang lain karena dia tahu benar bagaimana sakitnya ketika orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita untuk bersama orang lain. Kita berdua memegang teguh prinsip ini karena kita sama-sama tahu sakitnya. Mungkin aku belum menceritakan kenapa dia sangat membeci ayahnya, itu karena ayahnya pergi meninggalkan Jane dan ibunya (tante Lisa) karena wanita lain. Dan ayahku juga melakukan hal yang sama. Karena itulah kami benci pencuri. Hal ini salah satu dari banyaknya kesamaan kami berdua. Namun kini dia sedang berada di posisi calon pencuri. Tidak, aku tidak mau itu sampai terjadi. Jane hanya tertawa waktu aku katakan itu. Dia bilang itu hanya perasaan dipihak dia saja, katanya dia hanya bertepuk sebelah tangan jadi gak akan terjadi apa-apa karena dengan cepat dia akan melupakan cinta gilanya. Aku tahu, di balik tawanya Jane pasti sedang bersedih. Aku tahu, dia tidak akan mudah melupakan cintanya. Aku sangat yakin itu. Namun aku tak mau berdebat lagi dengan Jane. Aku hanya coba rangkul dia dan berbisik kalau aku akan selalu ada untuk dia, apapun yang terjadi. Aku sangat senang waktu mendengar Jane tertawa dan mengucapakn terima kasih sambil memelukku erat.
Sejak saat itu aku sering mendengar Jane tertawa gembira. Ya, bisa ditebak dengan mudah bahwa inilah pria kedua yang benar-benar dia cintai. Jane sering bercerita tentang orang itu dan semua kejadian yang mereka alami. Dan aku tidak pernah bosan-bosannya mengingatkan Jane untuk segera mundur karena semakin sering bertemu orang itu maka akan semakin dalam rasa itu. Dan kali ini pun Jane masih tertawa, sambil memelukku dia berusaha menenangkan ku dengan berkata kalau dia akan baik-baik saja. Tapi aku harus melakukan sesuatu, aku harus mencarikan lagi orang lain untuk nya agar dia melupakan pria itu. Namun dari sekian pria yang aku kenalkan kepadanya, Jane tidak pernah bisa dan mau untuk mulai mencoba lagi. Akupun menyerah, sekarang aku hanya berharap semoga dia cepat-cepat bisa melupakan orang itu.
Akhir bulan yang lalu, Jane datang kepada ku dengan ekspresi yang sangat bahagia. Dia hanya bilang kalau dia sedang bahagia karena semuanya tidak sia-sia katanya. Aku bertanya apanya yang tidak sia-sia? Namun Jane tidak mau cerita. Mungkin dia takut mengecewakan ku. Dan waktu aku bilang kalau aku akan tetap menjadi temannya walaupun berungkali dikecewakan, barulah Jane cerita apa yang sebenarnya terjadi. Dan memang benar kalau Jane sudah mengecewakan ku. Karena dia tidak mendengarkan apa yang aku katakan, Jane tidak benar-benar bisa melupakan orang itu bahkan dia merasa cintanya berbalas. Aku sudah bilang itu tidak mungkin. Dia harus cepat-cepat menghentikannya. Rasanya aku ingin marah kepadanya karena dia sudah mengecewakan ku. Tapi aku tahu Jane akan sedih banget dan kesedihan Jane adalah hal terakhir yang ingin aku lihat di dunia ini. Aku gak mau Jane-ku sedih. Aku ingin dia bahagia. Maka aku mengesampingkan kecewa ku dan ikut bahagia bersama dia. Aku hanya tidak ingin kebahagiaannya ini cepat berlalu tapi aku tahu dan Jane pun tahu kalau ini juga tidak akan kekal.
Sejak saat itu Jane banyak berubah, dia sering keluar malam dan telihat lebih capek dari biasanya. Tapi dia selalu tersenyum kalau aku tanyakan kepadanya kenapa dia bisa terlihat begitu lelah, seperti orang kurang tidur. Dia juga jadi semakin menyukai kembang api. Dia akan berhenti sejenak jika di jalan ada kembang api. Dia bilang “Lihat, kembang apinya indah sekali. Pasti mereka sedang merasa bahagia sekarang”. Aku tidak bertanya lagi apa maksud perkataannya dan kenapa dia mengatakan hal itu kepada ku, karena dia pasti hanya akan tersenyum saja, tanpa ada penjelasan. Aku benar-benar kawatir padanya. Tapi aku gak tahu bagaimana caranya agar dia mau cerita apa yang terjadi. Aku hanya bisa menunggu sampai dia mau cerita.
Sudah beberapa hari ini Jane tidak memberi ku kabar, Aku mencoba untuk menghubunginya tapi dia tidak pernah menjawab. Kali ini rasa kawatirku tak terbendung lagi, akhirnya aku mencarinya. Dan yang aku dapati sangat membuatku sedih. Aku melihatnya dalam keadaan yang sangat mengiris hatiku. Jane-ku sedang tebaring dengan mata yang memerah dan membengkak. Dengan suaranya yang serak dia menjawab pertanyaan ku tentang sudah berapa lama dia begini. Dia bilang 4 hari. Aku semakin sedih karena tidak mencarinya lebih cepat. Mana mungkin aku tega membiarkan Jane-ku terkapar begini selama 4 hari. Hanya menangis dan menangis. Bahkan sudah 4 hari ini dia tidak makan malam. Aku benar-benar sedih mendengarnya. Jane yang ku kenal adalah Jane yang tidak perduli soal berat badan karena hobby utamanya adalah makan. Kita bisa mencoba menu makanan yang bahkan menurut orang lain itu bukan makanan orang normal. Itu lah yang aku suka dari Jane, mungkin karena kesamaan ini dan kesaman yang lain yang mebuat kita bisa jadi teman cukup lama. Dan kali ini sudah 4 hari dia tidak makan malam, berarti masalah yang sedang dia hadapi bukan masalah biasa. Aku sadar, kali ini dia jatuh lagi dan jauh lebih jatuh jika dibandingkan dengan Mr. Jamur (julukan kami untuk cinta pertamanya). Bukan jamur biasa, namun Jamur yang memabukkan Jane dan membuatnya sangat membutuhkan Jamur itu dalam hidupnya.
Malam itu akhirnya Jane cerita pada ku semuanya, kalau ternyata dia lebih mengikuti kata hati bukan logika walau dia tahu kalau semua nya akan berakhir dan dengan menyakitkan. Jane ingin merasakan indahnya cinta walau hanya sesaat. Awalnya dia tidak berharap banyak tapi semakin dalam, semakin dia berharap terlalu banyak walaupun dia tahu bahwa itu tidak mungkin dia dapatkan dan hal itu yang membuat Jane hancur. Dia semakin mencintai orang itu dan membuatnya semakin takut untuk merasakan sakitnya kehilangan. Ketakutannya membuat Jane mulai berfikir banyak hal. Jane mulai meragukan semuanya, dia bilang jangan-jangan selama ini adalah hanyalah bohong belaka dan dia hanya dipermainkan. Jangan-jangan orang itu tidak benar-benar mencintai Jane, hanya sekedar mengisi saat-saat kosongnya saja dan ketika dia tidak membutuhkan Jane lagi maka dia akan meningalkannya. Jika memikirkan hal itu, dia semakin menangis dan mengeratkan pelukannya pada ku. Jane benar-benar sudah hancur sekarang. Aku sangat tahu itu. Dia menangis sangat dalam. Tubuhnya bergetar menahan isak. Jane yang aku kenal periang, selalu tertawa, canda guraunya selalu bisa menghidupkan hari-hariku, kini dia hancur lebur hingga aku tak mengenalinya lagi. Aku berusaha menenangkannya tapi aku tak mampu. Aku hanya bisa ikut menangis bersamanya.
Jane memutuskan untuk menghentikan semuanya. Dia akan berusaha hidup tanpa orang itu walaupun itu sangat berat baginya, namu Jane sudah bertekat. Entah sudah yang keberapa kalinya Jane mengatakan hal itu kepadaku, dan sudah entah yang keberapa kalinya juga dia gagal. Dulu Jane sudah pernah mencoba melupakan orang itu dan tidak berbuhungan lagi dengan dia, namun gak berapa lama Jane bilang kalau dia gagal. Aku berharap kali ini Jane bisa melupakan orang itu dan hidup tanpa dia. Dia pasti bisa melupakan orang itu, orang kedua yang benar-benar Jane cintai. Jane berjanji pada ku akan menghindar dari orang itu. Entah mengapa kali ini aku yakin dengan Jane, aku yakin dia akan berhasil lepas dari Jamur yang satu ini. Walaupun akan butuh waktu yang lama untuk benar-benar lepas, tapi aku yakin dengan Jane-ku. Aku meyakinkan Jane kalau masih ada aku, dia tidak benar-benar sendiri. Ada aku yang akan selalu menemaninya, ada aku yang akan berusaha membuatnya tertawa, ada aku tempat dia berbagi. Jane, lihat... masih ada aku disini. Aku berharap senyumannya kembali lagi.
Hari ini Jane-ku belum juga bangun. Jane memilih untuk tidur panjang, aku tak tahu kapan dia akan bangun. Dia tidak kuat untuk semua ini. Dia bilang kehancurannya tidak dapat diperbaiki lagi. Hanya ini jalan satu-satunya untuk bisa lepas dari semua ini. Tanpa memikirkan aku, Jane memilih melupakan semuanya. Juga melupakan aku. Kenyataan ini semakin membuatku gila. Aku berusaha membangunkannya dengan segala cara, namun Jane tetap memilih untuk tidur. Wajahnya saat tidur sungguh nyaman, seperti tanpa beban. Mungkin dia benar-benar bisa melupakan semuanya di alam tidurnya.
“Teman terbaikku, Jane. Apapun yang terjadi ingatlah kalau aku akan selalu ada disini untuk mencintaimu dan selalu mendoakan kebahagiaanmu disana. Aku akan selalu menunggu mu bangun dari tidur panjang mu. Menunggu mu di sini, tepat di samping mu. Jane, bangun yang cepat. Aku sangat merindukan mu. Jane..... Jane.... Jane....”
1 komentar:
2 ur frend Jen..
beritau dia bahwa kebahagiaan itu bukan berasal dari org lain.. bkn dr pacar, suami, keluarga, anak, tunangan, sahabat ... BUKAN!
kebahagiaan timbul dari dalam diri sendiri yang datang dari Tuhan Yesus, ... yang lainnya ... hanyalah katalis .. artinya, bisa mempercepat, tp bkn sumbernya..
jgn pernah bergantung pd manusia, bahkan diri sendiri.. karena manusia itu mengecewakan.. tapi TUHAN, tidak!
tidak ada suatu pun yang abadi di dunia ini.. TIDAK ADA! tapi Tuhan, ABADI ...
ubahlah cara pandang kita menjadi dari sisi yang positif.. ^_^
mudah dikatakan, susah dilakuan...
YUP! BETUL!!
tp tetap harus ada yg mengatakannya... selanjutnya biar dia yang melakukan.
kita hanya katalis ^_^
Posting Komentar