"Papa".
Itu bukan sebuah kata yang akrab di mulut ku, bahkan dihatiku. Mungkin karena aku dibesarkan tanpa sosok seorang papa. Mengapa? Aku sendiri gak mengerti. Bagaimana mungkin seorang anak hidup tanpa sosok seorang Papa bukan karena dia tidak ada, tetapi dia tidak mau untuk ada. Salahku apa, itu pun aku gak bisa mengerti. Yang aku ingat adalah, aku tak pernah menyebutkan kata2 itu. Tak pernah memanggil kata itu kepada seseorang, tak pernah merasakan hangatkan rangkulan tangan besar dari seorang papa, tak pernah merasakan kemarahan sorang papa karena anaknya mulai mengenal cinta, tak pernah mendengar nasihat karena kenakalanku. Jika seseorang bertanya "Pengen punya papa gak?" Ya pengen lah. Aku dah beberapa kali ngebahas soal ini ama mama ku. Dia selalu menolak untuk married lagi. Padalah aku ama adek2 ku udah kasih ijin.
Karena aku tauk, dia juga butuh teman hidup, sama seperti kami yang butuh sosok seorang ayah. Tapi bagi mama ku, kami sudah lebih dari cukup untuk jadi teman hidupnya. Tapi tetap saja aku rindu akan sosok seorang papa. Aku mencarinya dari setiap orang yang aku temui, tapi bukan itu yang aku inginkan. Aku tersadarkan kalau jauh didalam diriku, aku hanya menginginkan dia untuk kembali mengisi kekosonganku akan sosok seorang papa. Hanya dia yang aku mau, hanya dia yang aku inginkan.
0 komentar:
Posting Komentar